27/12/17

Membahas Konflik dan Integrasi Sosial

Konflik Sosial

Kata konflik berasal dari bahasa Latin “confegere” yang berarti saling memukul. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik berarti pertentangan, percekcokan, atau perselisihan. Dalam sudut ilmu sosiologi, konflik sosial dapat diartikan sebagai berbagai masalah sosial yang menimbulkan pertentangan dalam kehidupan masyarakat atau bernegara, yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat atau pandangan tertentu, akibat tidak adanya rasa toleransi dan perasaan saling mengerti akan kebutuhan individu masing-masing.

Konflik Sosial Menurut Para Ahli

Soejono Seokanto
Konflik sosial adalah suatu bentuk proses soial dimana individu atau kelompok berusaha untuk mencapai tujuannya dengan cara menantang individu atau kelompok lainyang disertai dengan ancaman atau kekerasan

Gillin
Merupakan bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, budaya, dan juga perilaku

Robert M.Z Lawang
Konflik sosial dalam pandangan Robert adalah sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, dan lain-lain

Faktor – Faktor Penyebab Konflik Sosial

Soerjono Soekanto merumuskan bahwa konflik sosial disebabkan oleh hal-hal berikut, yaitu:
  • Perbedaan individu, dipicu adanya perbedaan karakteristik setiap individu.
  • Perbedaan kebudayaan (sistem nilai dan norma), kebudayaan mempengaruhi perkembangan/pem bentukan kepribadianseseorang.
  • Perbedaan kepentingan, setiap individu atau kelompok pasti memiliki kepentingan yang berbeda, dan perbedaan itu dapat memicu konflik.
  • Perubahan sosial, setiap orang tidak sama dalam menyikapi adanya perubahan, dan perbedaan sikap tersebut dapat menimbulkan konflik.

Macam – Macam Konflik Sosial
  • Konflik Antar Individu terjadi ketika ada perbedaan kepentingan antara satu individe dengan individu lainya yang timbul karena perbedaan pandangan serta kepentingan.
  • Konflik Antar Kelompok terjadi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, bisa jadi antar dua kelompok, atau lebih. Konflik antar kelompok umumnya disebabkan karena perbedaan tujuan dan persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan kelompok masing-masing
  • Konflik Antar Negara (Internasional) terjadi antar dua negara atau lebih. Biasanya, konflik ini dipicu oleh adanya satu pihak yang keberatan dengan kebijakan-kebijakan negara yang lainnya, sehingga timbullah konflik
  • Konflik Antar Partai Politik atau Organisasi (Politik) terjadi antar kelompok, dimana terjadi perselisihan antara partai atau organisasi satu dengan partai atau organisasi yang lainnya.
  • Konflik Antar Individu Dengan Kelompok ditimbulkan oleh karena adanya kelompok-kelompok tertentu yang tidak sependapat dengan individu atau perseorangan, sehingga timbullah konflik
  • Konflik Rasial terjadi antara suku atau ras yang satu dengan yang lain, yang disebabkan karena adanya perbedaan fisik

Bentuk-Bentuk Konflik Sosial

1. Berdasarkan Posisi Pelaku
  • Konflik Horizontal, merupakan konflik yang terjadi antara ndividu atau kelompok yang mempunyai kedudukan yang relatif sama
  • Konflik Vertikal, yaitu konflik yang terjadi antar komponen masyarakat yang memiliki structural
  • Konflik Diagonal, merupakan konflik akibat tidak meratanya pendistibusian sumber daya ke setiap organisasi sehingga muncullah konflik yang ekstrem.

2. Berdasarkan Sifatnya
  • Konflik Destruktif, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perasaan dendam atau benci kepada kelompok lainnya
  • Konflik Konstruktif, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan antar kelompok

3. Berdasarkan Sifat Pelakunya
  • Konflik Terbuka, ialah konflik yang diketahui oleh semua pihak, seperti konflik antara Israel dan Palestina
  • Konflik Tertutup, yaitu konflik yang hanya diketahui oleh orang tertentu saja, seperti konflik dalam keluarga

4. Berdasarkan Hubungannya dengan Pelaku
  • Konflik Intrapersonal (intra individu), konflik yang terjadi pada diri sendiri. Konflik Intrapersonal ini ditimbulkan oleh faktor-faktor pemikiran pribadi itu sendiri sendiri seperti sikap, emosi, prinsip dan kepentingan diri sendiri. 
  • Konflik Interpersonal (antar individu), konflik yang terjadi karena pertentangan antar satu individu dengan individu lainnya dikarenakan perbedaan pendapat, perbedaan tujuan maupun persaingan.
  • Konflik Intragroup (Intra Kelompok) disebabkan oleh individu-individu dalam kelompok itu sendiri. Konflik Intragroup (Intra Kelompok) ini terjadi karena adanya ketidakcocokan ataupun kesalahpahaman diantara kelompok tersebut.
  • Konflik Intergroup (Antar Kelompok) terjadi karena adanya perbedaan ataupun persaingan diantara dua kelompok. 
  • Konflik Interorganisasi terjadi antara dua organisasi atau lebih. Organisasi yang dimaksud disini dapat berupa sebuah perusahaan, partai politik maupun negara.

5. Konflik Realistis dan non-Realistis. 
  • Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntunan yang terdapat dalam hubungan sosial,misalnya adanya pemogokan buruh tmelawan majikanya 
  • Konflik non realstis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan tegangan,misalnya upaya mencari kambing hitam yang sering terjadi dalam masyarakat atau balas dendam menggunakan ilmu ghoib.

Fungsi Konflik Sosial
Konflik merupakan cara atau alat yang berfungsi untuk mempertahankan, mempersatukan, dan mempertegas sistem sosial. Untuk memahaminya kita dapat melihat fungsi positif konflik yang menyangkut hubungan antara In group dan out group.

Berikut adalah proposisi yang dikemukakan Coser, yaitu:
  • Kekuatan solidaritas internal dan integrasi in group akan bertambah tinggi jika tingkat permusuhan dengan out group bertambah besar.
  • Integritas yang semakin tinggi dari kelompok yang terlibat dalam konflik dapat memperkuat batas antara kelompok satu dengan yang lainnya, khususnya kelompok yang bermusuhan atau yang berpotensi menimbulkan permusuhan.
  • Dalam suatu kelompok ada kemungkinan berkurangnya toleransi akan perpecahan dan semakin tingginya tekanan pada konsensus dan konfirmitas.
  • Para penyimpang dalam kelompok tersebut tidak lagi ditoleransikan, mereka tidak dapat diajak ke jalan yang benar, mereka mungkin diusir atau dimasukkan dalam pengawasan yang ketat.

Upaya Penyelesaian Konflik
  • Konsiliasi (consiliation), merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang dilakukan oleh lembaga - lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. 
  • Arbitrasi (arbitration) merupakan bentuk pengendalian konflik sosial melalui pihak ketiga dan kedua belah pihak yang berkonflik menyetujuinya. Keputusan - keputusan yang diambil pihak ketiga hanya dipatuhi oleh pihak - pihak yang berkonflik
  • Mediasi (mediation), merupakan bentuk pengendalian konflik sosial di mana pihak - pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Namun berbeda dengan arbitrasi, keputusan - keputusan pihak ketiga tidak mengikat manapun.
  • Ajudikasi atau Pengadilan (ajudication) merupakan cara penyelesaian konflik melalui pengadilan yang tetap dan adil karena terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan.
  • Segregasi (segregation) adalah upaya saling menghindar atau memisahkan diri untuk mengurangi ketegangan.
  • Stalemate adalah  konflik yang berhenti dengan sendirinya karena kekuatan yang seimbang.
  • Kompromi (compromise) adalah kondisi saat kedua belah pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian dengan mengurangi tuntutan. Contohnya perjanjian antarnegara tentang batas wilayah perairan.
  • Koersi atau Paksaan (coersion) disebabkan salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan sehingga pihak yang unggul memaksa untuk menyelesaikan konflik.
  • Konversi adalah kondisi disaat salah satu pihak mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
  • Gencatan Senjata (detente) adalah penghentian konflik untuk sementara waktu yang biasanya dalam bentuk peperangan untuk menyembuhkan korban.

Interseksi dan Konsolidasi dalam Integrasi Sosial

Konsolidasi 
Konsolidasi adalah suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial, melalui tumpang tindih keanggotaan. Struktur sosial yang terkonsolidasi berfungsi untuk menghambat proses integrasi sosial dalam masyarakat majemuk karena terjadinya penguatan identitas yang dalam batas-batas tertentu akan mempertajam prasangka antara ras, suku bangsa, agama yang berbeda.

Penajaman prasangka semakin merata bila ras, suku bangsa, agama yang berbeda terjadi pula perbedaan peluang untuk memperoleh kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup melalui proses ekonomi dan memperoleh jabatan atau kekuasaan dalam politik. Sehingga timbul kesenjangan ekonomi dan sosial.

Interseksi
Interseksi merupakan persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi, baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk. Struktur sosial yang terinterseksi berfungsi positif terhadap proses integrasi sosial dalam masyarakat majemuk karena memungkinkan orang-orang yang berbeda-beda, ras, suku bangsa, agama maupun profesi dapat saling bergaul dan berinteraksi melalui kelompok-kelompok sosial yang ada.

Keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok-kelompok sosial yang saling menyilang akan menimbulkan terjadinya loyalitas yang juga saling menyilang. Akibat interseksi terhadap kemajemukan masyarakat, antara lain:
  • Meningkatkan solidaritas antar anggota suatu kelompok sosial.
  • Menimbulkan konflik jika perbedaan-perbedaan tersebut semakin tajam.
  • Persilangan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi tidak terjadi begitu saja namun dibantu dengan adanya interaksi di antara berbagai seksi. Interaksi antara satu seksi dengan seksi lainnya dilakukan melalui hubungan ekonomi, sosial  dan politik.
  • Hubungan ekonomi, melalui perdagangan dan perindustrian
  • Sosial, melalui perkawinan dan Pendidikan
  • Politik, melalui hubungan diplomatik atau hubungan antar negara.

Proses Terjadinya Integrasi Sosial

Suatu masyarakat memiliki komponen dan unsur unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Bagaimanapun, komponen dan unsur – unsur masyarakat ini pasti memiliki suatu perbedaan, tetapi mau tidak mau mereka harus bekerja sama untuk saling mendukung agar sama-sama mendapat keuntungan. Untuk itu perlu terbentuk integrasi sosial, berikut adalah proses terjadinya suatu integrasi sosial:

1. Tahap Interaksi
Tindakan yang dimaksud disini adalah semua tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi antar pihak yang terlibat. Tentunya interaksi pasti dibutuhkan untuk saling mengenal dalam upaya membentuk integrasi sosial.

2. Tahap Identifikasi
Pada tahap ini masing-masing pihak akan berusaha untuk saling menerima dan memahami satu sama lain, tahapan ini disebut dengan tahapan identifikasi. Jika proses identifikasi berlangsung dengan lancar, maka kerjasama akan lebih cepat dan terbentuk lebih mudah.

3. Tahap Kerjasama
Kerjasama timbulk apabila orang orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran ini akan menimbulkan kerjasama dengan tujuan membuat pencapaian tujuan menjadi lebih mudah.

4. Tahap Akomodasi
Setelah bekerja sama dan menjalankan tugasnya masing masing, biasanya akan muncul konflik dan pertentangan antar pihak-pihak yang terlibat. Pertentangan ini perlu diredakan akan tidak menghasilkan perpecahan, disinilah akomodasi berperan. Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan.

5. Tahap Asimilasi
Setelah melalui beberapa permasalah dan mampu mengatasi permasalah tersebut tanpa menimbulkan perpecahan, biasanya hubungan antara pihak yang berkaitan akan lebih erat sehingga terjadinya proses asimilasi. Asimilasi adalah proses sosial berupa usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok kelompok untuk mempertinggi rasa kesatuan.

6. Tahap Integrasi
Setelah proses asimilasi, maka akan terbentuk integrasi. Pada proses integrasi penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda terjadi dan kemudian membentuk keserasian dalam menjalani fungsi kehidupan.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Integrasi Sosial

1. Homogenitas Kelompok
Homogenitas kelompok adalah kemiripan atau kesamaan dalam suatu kelompok masyarakat baik itu kepribadian, ciri atau adat istiadat. Kesepakatan yang dapat disetujui bersama akan lebih mudah tercapai dengan mempertimbangkan homogenitas dalam masyarakat yang bersangkutan.

2. Besar Kecilnya Kelompok Masyarakat
Semakin besar suatu kelompok maka perbedaan yang muncul akan semakin banyak pula. Dalam kelompok yang relatif kecil, maka hubungan pribadinya cenderung lebih akrab dan berlangsung secara informal, sehingga lebih mudah tercapainya suatu kesepakatan.

3. Mobilitas Geografis (Perpindahan Fisik)
Perpindahan atau pergerakan penduduk secara geografis akan menimbulkan banyak keanekaragaman dalam suatu wilayah. Masyarakat yang masuk ke suatu daerah baru membawa ideologi, kebiasaan, budaya dan kepribadian dari tempat asalnya. Oleh karena itu mobilitas sosial sangat mempengaruhi terbentuknya suatu integrasi sosial.

4. Efektivitas dan Efisiensi Komunikasi
Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pada umumnya komunikasi yang sering kita lihat dilakukan secara verbal (berbicara) dengan menggunakan cara yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, contohnya dengan menggunakan bahasa dari suatu negara tertentu.

Tetapi komunikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, menunjukkan sikap tertentu, ekspresi wajah, dll. Intinya jika informasi yang ingin disampaikan oleh satu pihak dapat diterima dengan baik oleh pihak lainnya, maka komunikasi sudah terjadi antara kedua belah pihak tersebut.

Klasifikasi Macam Macam Bentuk Integrasi Sosial

1. Berdasarkan hasilnya integrasi sosial
  • Asimilasi merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang hasilnya menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli, artinya hasil dari asimilasi merupakan sebuah kebudayaan baru yang diterima oleh semua kelompok dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
  • Akulturasi merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli di lingkungan tersebut. 

2. Berdasarkan penyebabnya
  • Integrasi Normatif terjadi karena norma-norma tertentu yang berlaku dalam masyarakat secara keseluruhan. Norma ini menjadi hal yang mampu mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.
  • Integrasi Instrumental merupakan integrasi yang tampak secara visual akibat adanya keseragaman antar individu dalam suatu lingkungan masyarakat. Contohnya adalah keseragaman pakaian, keseragaman aktivitas sehari – hari, keseragaman ciri fisik, dll.
  • Integrasi ideologis merupakan integrasi yang tidak tampak secara visual, terbentuk karena adanya ikatan spiritual atau ideologis yang kuat berdasarkan proses alamiah tanpa adanya paksaan. 
  • Integrasi Fungsional terbentuk karena adanya fungsi fungsi tertentu dari masing masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
  • Integrasi Koersif merupakan integrasi yang terbentuk karena adanya pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Integrasi ini dapat bersifat paksaan.

Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial

Menurut R William Lidle, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah sebagai berikut :
  • Sebagian besar (mayoritas) anggota dalam masyarakat sepakat tentang batas – batas teritorial dari wilayah mereka sebagai suatu kehidupan politik.
  • Sebagian besar (mayoritas) anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan hukum dari proses politik dan sosial yang berlaku bagi seluruh masyarakat dalam wilayah teritorial tersebut.

William F. Ougburn dan Meyer Nimkoff menyatakan tentang syarat berhasilnya integrasi sosial yang diuraikan sebagai berikut:
  • Anggota masyarakat merasa bahwa mereka saling mengisi kebutuhan mereka satu sama lain.
  • Masyarakat telah menciptakan kesepakatan bersama tentang nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan tersebut.
  • Nilai dan Norma sosial itu sudah berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
  • Masing masing individu atau kelompok mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri satu sama lain.
  • Selalu menempatkan persatuan dan kesatuan sebagai prioritas utama.

0 komentar