26/12/17

Membahas Penyimpangan Sosial dan Pengendalian Sosial

Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang diekspresikan oleh seorang individu atau kelompok yang disadari atau tidak, individu atau kelompok tersebut tidak berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Pelaku penyimpangan disebut juga deviant. Menurut Paul B.Horton, perilaku menyimpang adalah perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Orang

Teori-Teori Penyimpangan Sosial
Para ahli telah mengkategorikan penyimpangan menurut beberapa teori, yaitu:

1. Teori Differensial Association (Edwin H. Sutherland)
Beliau berpendapat bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui alih budaya. Contohnya: proses mengispa ganja, dan perilaku homoseksual.

2. Teori Labelling (Edwin M. Lemerd)
Seorang individu yang pernah melakukan penyimpangan primer akan terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder ketika masyarakat sudah memberikan cap sering menyimpang.

3. Teori Merton

Komformitas 
Komformitas merupakan perilaku yang mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut (cara konvensional dan melembaga).

Inovasi
Inovasi merupakan perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang oleh masayarakat (termasuk tindak kriminal).

Ritualisme
Ritualisme adalah perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya. Namun masih tetap berpegangan pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat, dalam arti ritual atau upacara dan perayaan masih diselenggarakan tapi maknanya telah hilang.

4. Teori Pengunduran/Pengasingan Diri (Retreatisme)
Meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya yang konvensional, sebagaimana yang dilakukan oleh pecandu obat bius, pemabuk,  gelandangan maupun orang-orang gagal lainnya.

5. Teori Pemberontakan (Rebellion)
Penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru, misalnya para reformator agama.

6. Teori Fungsi (Emile Durkheim)
Emile Durkheim mengemukakan bahwa kesadaran moral dari setiap msyarakat adalah karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Jadi kejahatan selalu ada karena selalu ada yang berwatak jahat.

Penyebab Penyimpangan Sosial

Sebab tejadinya perilaku menyimpang dari sudut pandang sosiologi adalah sebagai berikut:
  • Perilaku menyimpang karena sosialisasi tidak sempurna, hal tersebut karena adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengamalan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
  • Anomie, yaitu situasi tanpa norma dan arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dengan kenyataan sosial yang ada atau mulai memudarnya norma lama yang tidak relevan tetapi masyarakat belum menciptakan norma baru yang sesuai sehingga masyarakat mengalami kegalauan dalam bertindak.
  • Pemberian julukan (labeling), upaya kontrol sosial yang diberikan kepada masyarakat melalui pemberian label (julukan). Pada perilaku menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindakan penyimpangan. 

Ciri-Ciri Penyimpangan Sosial
Ciri-ciri tersebut meliput hal yang dapat didefinisikan dan respon dari masyarakat atas tindakan perilaku menyimpang. Paul B. Horton setidaknya memberikan enam ciri-ciri dari Perilaku Menyimpang, yaitu:

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Tidak ada perbuatan yang terjadi begitu saja dinilai atau dianggap menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah hanya dari ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akbiat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut yan menyebabkan pelaku berbuat hal yang menyimpang.

2. Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak.
Tidak semua perilaku menyimpang negatif, ada juga yang diterima bahkan dihormati seperti orang genius yang menyampaikan pendapat baru yang bertentangan dengan pendapat umum. Sedangkan perampokan, pembunuhan, dan menyebarkan teror bom atau gas beracun termasuk penyimpangan yang ditolak masyarakat.

3 Penyimpangan relatif dan penyimangan mutlak
Di dalam satu masyarakat tidak ada seorang pun yang termasuk dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) atau taat peraturan. Pada dasarnya semua orang normal pasti pernah melakukan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku, namun terdapat batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Dari sini kita dapat melihat penyimpangan berdasarkan berapa banyak yang dilakukan. Apakah seseorang terkadang melakukan penyimpangan (relatif) atau sering melakukan penyimpangan (mutlak).

4. Penyimpangan terhadap budaya
nyata atau budaya ideal Budaya ideal disini adalah seluruh peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Namun, dari kenyataannya, tidak orang yang patuh dari seluruh peraturan resmi. Antara budaya nyata dan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum di kehidupan sehari-hari yang cenderung banyak dilanggar.

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan sosial 
Jika suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, akan muncul norma-norma pengindaran.
Norma Pengindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus dengan menentang nilai-nilai dengan tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma yang sifatnya setengah melembaga (semi institutionalized).

6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu sebagai ancaman karena biasanya dianggp sebagai alat pemelihara ketenangan atau ketentraman sosial. Di satu pihak, masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam kehidupan.

Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang 

Penyimpangan Dari Sosialisasi Yang Tidak Sempurna
Proses ini terjadi karena nilai dan norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi sehingga orang tidak mempertimbangkan resiko dan melakukan penyimpangan. Menurut Edwin H. Sutherland, anak-anak yang melakukan penympangan sosial kebanyakan berasal dari latar belakang keluarga yang retak karena perceraian, meninggalnya salah satu atau kedua orangtua, tekanan kemiskinan, dan sifat otoriter orangtua.

Penyimpangan Sebagai Hasil Sosialisasi Dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda. Pergaulan dengan kawan yang kurang baik mengakibatkan perilaku menyimpang. Contoh dari perilaku ini adalah berubahnya karakteristik remaja dari awalnya dikenal rajin dan baik hati menjadi berbuat tidak sopan dan semaunya ketika bergaul dengan kelompok remaja punk yang biasa hidup di jalanan.

Sifat Penyimpangan Sosial

Penyimpangan yang Bersifat Positif
Penyimpangan ini tidak sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Misalnya: melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan mereka. Ibu rumah tangga berprofesi sebagai kondektur karena alasan ekonomi.

Penyimpangan yang Bersifat Negatif
Pada umumnya penyimpangan ini cenderung ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan buruk sehingga masyarakat mencela dan mengucilkan misalnya, pembunuhan, perampok, penjaja komersial seks, dan lain-lain.

Jenis Penyimpangan Sosial
  • Penyimpangan sosial primer, merupakan penyimpangan yang bersifat sementara atau temporer. Perilaku murid yang baik yang kedapatan mencontek saat ujian bisa dikategorikan sebagai perilaku penyimpangan primer karena pelaku merasa menyesal dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. 
  • Penyimpangan sosial sekunder, merupakan penyimpangan sosial yang dilakukan oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberi sanksi. Contoh perilaku penyimpangan ini adalah tertangkapnya anggota masyarakat yang menjadi residivis dalam berbagai kasus kejahatan.

Pengendalian Sosial

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli terkait dengan pengendalian sosial, diantaranya :

Horton dan Hunt
Pengendalian sosial yaitu segala cara dan proses yang ditempuh oleh orang tua atau kelompok masyarakat tertentu sehingga para anggota kelompoknya bertindak sesuai dengan harapan kelompok masyarakat tersebut.

Bruce J.Cohen
Menurut Bruce, pengendalian sosial berarti segala cara atau metod eyang digunakan untuk mendorong seseorang di dalam suatu kelompok agar berperilaku selaras (sejalan) dengan kehendak kelompok masyarakat tersebut.

Peter L.Berger
Pengendalian sosial menurut Peter ialah berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang menyimpang

Joseph S.Roucek
Pengendalian sosial merupakan suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana yang didalamnya mengajarkan, membujuk, ataupun memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan kehendak hidup dalam kelompoknya.

Fungsi Pengendalian Sosial
Terdapat beberapa fungsi pengendalian sosial yang berlaku di dalam masyarakat, diantaranya:
  1. Mengembangkan rasa takut agar seseorang tidak berbuat yang tidak sesuai dengan nilai yang berlaku
  2. Memberikan imbalan bagi warga yang menaati nilai
  3. Mempertebal keyakinan masyarakat bahwa nilai tersebut memang pantas untuk diterapkan dan membawa kepada kebaikan
  4. Menciptakan sistem hukum (aturan yang disusun secara resmi dengan sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya).

Jenis-Jenis Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya, berdasarkan cara atau perlakuan nya, dan berdasarkan pelaku pengendalian sosialnya. Berikut adalah pengelompokan pengendalian sosial, yaitu :

Jika ditinjau dari Sifatnya

1. Tindakan Preventif
Preventif sendiri berarti pencegahan. Tindakan preventif artinya suatu cara atau tindakan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kemungkinan individu melakukan pelanggran-pelanggaran terhadap norma yang berlaku. Contoh : orang tua menasihati anaknya agar tidak bolos ke sekolah.

2. Tindakan Represif Aktif
Tindakan represif aktif disini berarti pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran terhadap norma yang berlaku dengan cara memberikan sanksi terhadap pelanggarnya sesuai dengan tingkat kesalahannya. Contoh : sanksi skorsing yang diberikan kepada anak yang tidak masuk sekolah

3. Tindakan Kuratif
Pengendalian sosial yang bersifat kuratif artinya pengendalian yang dilakukan untuk memberikan sanksi saat terjadinya penyimpangan sosial. Hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku penyimpangan. Contoh : seorang guru menegur siswanya yang ketahuan menyontek


Jika ditinjau dari Cara Perlakuan Sosial

1. Tindakan Persuasif
Pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara persuasive memiliki makna sebagai pengendalian yang dilakukan tanpa kekerasan, seperti membujuk, mengajak, membinmbing, dan menasihati anggota masyarakat. Terdapat dua cara pengendalian secara persuasive, yaitu pengendalian lisan dan simbolik.
  • Pengendalian lisan berarti pengendalian yang dilakukan langsung dengan lisan tanpa ada alat bantu apapun, contoh sosialisasi tentang bahaya narkoba
  • Pengendalian simbolik berarti pengendalian yang dilakukan dengan alat peraga seperti spanduk, poster, dan lain sebagainya. Contoh spanduk tentang larangan memakai narkoba

2. Tindakan Koersif
Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara paksaan, paksaan dalam artian ialah memberikan sanksi-sanksi tegas terhadap pelanggarnya, agar orang lain tidak berani melakukan pelanggaran berulang. Contoh sanksi yang diberikan kepada para pedagang kaki lima

Jika ditinjau dari Pelakunya

1. Pengendalian Pribadi
Yaitu pengendalian yang muncul dari pribadi masing-masing anggota kelompoknya melalui tokoh-tokoh atau panutan nya. Pengendalian ini dapat bersifat baik ataupun buruk, tergantung panutan yang diambil.

2. Pengendalian Institusional
Pengendalian sosial disini muncul karena adanya suatu institusi atau lembaga tertentu yang melakukan pengendalian, bukan hanya terhadap anggota lembaganya, melainkan masyarakat di sekitar lembaga itu. Contoh : pesantren yang mengatur kehidupan para santri. Kehadiran pesantren ini juga menimbulkan efek terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

3. Pengendalian Resmi
Merupakan pengendalian yang dilakukan oleh lembaga resmi Negara yang telah ditetapkan dalam perundnag-undangan dengan sanksi yang jelas, tegas, dan tertulis. Contohnya : kepolisian, kejaksaan, dan lain sebagainya

4. Pengendalian Tidak Resmi
Yaitu pengendalian yang dilakukan oleh lembaga atau individu masyarakat yang tidak resmi, berikut dengan sanksi yang tidak resmi dan tidak tertulis pula. Namun, sanksi yang diberikan dapat memberikan efek jera terhadap para pelanggarnya. Contoh : seorang tokoh masyarakat yang menjadi panutan


Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial 
Sebenarnya, terdpaat berbagai macam bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat tertentu terhadap anggota kelompoknya, tergantung dari entitas atau kebiasaan kelompok masyarakat tersebut. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pengendalian sosial yang telah ada, yaitu :

Teguran
Teguran biasanya idberikan oleh sekelompok orang di dalam masyarakat atau individu kepada orang atau sekelompok orang yang berbuat tidak sesuai dengan nilai yang telah berlaku di masyarakat. Teguran dilakukan secara lisan maupun tulisan, dan berguna sebagai kritik terhadap perbuatan itu agar tidak diulangi lagi.

Pendidikan
Pemberian pendidikan kepada orang atau sekelompok orang berguna agar orang yang diberikan tersebut mengerti, paham, dan mampu menerapkan apa yang sudah menjadi nilai dalam masyarakat.

Gosip
Gosip merupakan subjek pengendalian sosial yang bentuknya tidak pasti akan sesuai dengan fakta sebenarnya yang terjadi. Gosip biasanya beredar dari satu orang ke orang yang lain melalui mulut ke mulut, sehingga orang yang digosipak tersebut mengetahui bahwasanya kelompoknya telah membicarakan tentang dia.

Sanksi atau Hukuman
Sanksi atau hukuman diberikan kepada orang atau sekelompok orang yang telah melanggar aturan-aturan di dalam nilai yang telah berlaku di masyarakat. Sanksi dan hukuman ini dapat memberikan efek jera kepada para pelaku pelanggaran, karena bersifat langsung.

Agama
Ajaran agama tentunya memberikan kasih saying serta mengajarkan kepada kita apa yang harus dilakukan untuk hidup bersosial dan apa yang harus dihindari dalam hidup. Oleh karena itu, malalui pendekatan agama, seseorang atau sekelompok orang dapat memberikan pengendalian sosialnya.

Ostrasisme
Ostrasisme merupakan suatu pembiaran yang dilakukan oleh orang-orang di dalam kelompok masyarakat terhadap para pelaku pelanggaran nilai sosial dengan cara membiarkan ia tetap melakukan kegiatan seperti biasa, namun orang-orang di sekelilingnya tidak tidak akan berbicara dengannya, bahkan untuk saling menegur pun tidak.

Intimidasi
Intimidasi merupakan pengendalian sosial yang diberikan dengan cara paksaan kepada orang-orang yang bertindak tidak sesuai dengan nilai dan norma yang telah berlaku di masyarakat. Biasanya intimidasi ini dilakukan oleh lembaga-lembaga hukum.

Pola Pengendalian Sosial
Di dalam masyarakat, terdapat empat pola pengendalian sosial yang biasanya dilakukan, yaitu:

Pengendalian Individu terhadap Individu
Pengendalian ini dilakukan oleh seseorang terhadap orang laiinya. Individu yang melanggar nilai akan diberikan pengawasan terkait dengan nilai-nilai tersebut. Contoh : seorang ayah yang menasihati anaknya

Pengawasan Individu terhadap Individu
Pengendalian individu terhadap kelompok dilakukan oleh seseorang terhadap kelompoknya, agar kelompok tersebut bergerak sesuai dengan keinginan individu tersebut. Contoh : seorang wali kelas yang mengatur murid kelasnya

Pengendalian Kelompok terhadap Anggotanya
Pengendalian ini dilakukan oleh kelompok terhadap anggota kelompoknya agar berbuat dan berperilaku sesuai dengan tujuan kelompok. Contohnya : kepala dinas yang memberi nasehat kepada bawahannya

Pengendalian Kelompok terhadap Kelompok
Pengendalian ini sesuai dnegan namanya dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang laiinya. Contoh : KPK yang mengawasi dan menindak orang atau kelompok yang melakukan tindak pidana korupsi

Contoh Lain Pengendalian Sosial

1. Compultion
Compultion adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga seseorang atau masyarakat menjadi tenang, tenteram, dan damai yang akhirnya menjadi taat dan patuh pada norma-norma yang berlaku.

Contoh: kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) yang mendapat reaksi dan aksi protes dari berbagai elemen masyarakat dengan melakukan demonstrasi agar kebijakan tersebut dicabut.

2. Pervation
Pervation adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan menyampaikan nilai dan norma secara berulang-ulang dan terus-menerus kepada seseorang atau masyarakat yang telah melakukan penyimpangan atau untuk mencegah penyimpangan dengan harapan apa yang telah disampaikan itu masuk dalam jiwa seseorang, sehingga masyarakat akan sadar dan taat pada norma yang berlaku.

Contoh: sosialisasi bahaya narkoba, terutama bagi para generasi muda (pelajar) yang dapat dilakukan secara terus-menerus melalui sekolah-sekolah dan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, dengan harapan masyarakat dan generasi muda menjadi tahu dan dapat memahami akibat negatif dari narkoba, sehingga tidak mencoba-coba untuk mengonsumsinya.

Lembaga Pengendalian Sosial
Perlu untuk diketahui, bahwasanya lembaga yang bertugas untuk melakukan pengendalian sosial bukan hanya pihak kepolisian semata, akan tetapi masih banyak lembaga lain yang bertugas akan hal tersebut. Lembaga-lembaga tersebut adalah :

Kepolisian
Bertugas untuk memelihara ketertiban di dalam kehidupan masyarakat. Apabila terdapat orang atau kelompok yang mengganggu dan melanggar ketertiban, maka kepolisian berhak untuk menindak dan memberikan sanksi yang telah disusun secara resmi

Tokoh Adat
Tokoh adat memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat adat. Peranan tersebut ialah membina dan mengendalikan tingkah hidup dan pola perilaku masyarakat agar sesuai dengan adat yang berlaku

Pengadilan
Pengadilan merupakan tindak lanjut daripada penindakan yang dilakukan oleh kepolisian. Jadi setelah pihak kepolisian menangkap dan memproses pihak-pihak yang emlanggar ketertiban, maka pihak itu akan dibawa ke pengadilan untuk diproses secara hukum

Tokoh Agama
Tokoh agama merupakan lembaga pengendalian sosial yang bergerak di dalam koridor agama. Merek amemberikan nasehat dan membina masyarakatnya agar tidak keluar dari koridor agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat mempunyai andil yang besar di dalam kehidupan bermasyarakat. Tokoh ini diangkat dan dipandang sebagai orang yang memiliki pengaruh yang besar karena mereka memiliki aktivitas yang patut dicontoh, kecakapannya, dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.

0 komentar